Saturday, February 1, 2014

Mikir

Lately, i feel the reduction of my social life. social media, or even the real social interaction.
Bukan berarti aku sekarang jadi anti-sosial, tapi emang lagi sering banget ngomong sama diri sendiri, maksudku juga bukan aku gila....  tapi lebih kepada "saya berfikir mengenai saya, anda, kita, mereka, dan semua"

Sejak lahir memang jarang main diluar rumah, kurang terlatih dalam social life.. 
Waktu aku kelas 2 SD aku udah ditemenin sama komputer tabung depan kamar yang bikin aku seharian penuh bisa betah cuman gara-gara tarzan, feeding frenzy atau pinball. Naik kelas 3 SD aku punya flashdisk 1 GB pertamaku which is waktu itu lagi happening banget.. bayangin aja waktu itu 1 GB masih Rp 100.000, dibandingkan flashdisk hari ini selisih banget harganya, dan dari flashdisk itu lah mulai suka koleksi wallpaper power rangers, digimon sama pokemon, semakin hidup saja "duniaku".

Mulai kelas 4 SD aku udah ngerti caranya temenan; Pertama aku punya sahabat yang nyambung banget dirumah nenekku, dia setahun lebih tua dari aku. Kedua aku juga punya sahabat -kemana aja sahabat di sekolah, dia termasuk yang pinter banget di kelas dan aku biasa aja. Ketiga aku juga akrab sama Bapak tukang Bakso di kantin sekolah yang tiap istirahat sama pulang sekolah aku selalu beli, apalagi kalau lagi dijemput ibu porsinya bisa nambah. kangen ibuuuuu

Oh ya aku gak cerita TK ya.. males soalnya tiap aku bawa makanan selalu diambil sama temen yang sekaramg udah ganti nama, kabarnya diganti nama biar gak nakal. 

SMP. udah kebawa arus. lupa sama dunia yang dulu, masuk ke dunia orang lain. Ini bukan overconfidence tapi seriously aku uda beken semenjak MOS. Bukan karena aku terhitung keren, kaya, berbakat atau pinter, tapi kenapa? karena salah satu guru matematika di SMP yang beken di sana adalah kakekku, lalu simpulkan sendiri sisanya.

Tahun pertama sebagai freshman biasa aja. Cukup tertutup. Jadi cuman berangkat - kelas - kantin - kelas - pulang - rumah tiap hari. Tahun kedua dimulai dari rekomendasi wali kelas yang salah satunya aku buat jadi calon Ketua OSIS. Singkat cerita aku jadi Wakil Ketua OSIS karena kalah vote sama temen-campuran jawa-cina-akrabku. Ini ni yang bikin aku akhirnya mulai ngomong sama banyak orang di sekolah make friends, smile, talks, even sometimes argue. Tahun ketiga a.k.a tahun pensiun akhirnya selese juga tugasnya, secara teori waktu itu aku kudu fokus buat ujian nasional. tahun terakhir SMP aku bener-bener finally having a real friends. udah pernah aku tulis juga di post sebelumnya kok. Setelah itu; pengumuman UN - tes SMA - trip.

Manusia emang boleh membuat rencana, tapi tuhan jauh memiliki rencana buat manusia. Bener. Dari SD aku pengen masuk SMA sekian di kotaku, ternyata tuhan menakdirkan untuk bersekolah di international boarding school. Bersyukur banget juga soalnya bisa bantu orang tua dengan jadi scholar. Anyway, SMA masih belum berakhir, dan selama SMA ini banyak banget yang beda, kaya kemaren aku baca novel soal anak masuk asrama, gak kepikiran masuk asrma, akhirnya masuk asrama.

Kembali ke apa yang aku pikirin. Sebenernya bingung apa yang aku pikirin. Cuman pengen ending chapter SMA ini yang bener-bener aku pengen. dengan orang-orang yang aku sayang juga disekitar. Buat yang social life tadi, it's just a choice. Choice buat orang-orang yang kita pengen di hari-hari kita. Choice buat iklim lingkungan kita. Ini beda dari memilih yang "memilih" lalu jadi "pemilih" tapi lebih kepada try in, bukan fit ini. But then, kita boleh usaha, berdoa, endingnya tetap tuhan.

Your Truly,

No comments: